PTPP

PTPP Gerak Cepat Pulihkan Infrastruktur Aceh dan Sumatera Utara Pasca Bencana Hidrometeorologi

PTPP Gerak Cepat Pulihkan Infrastruktur Aceh dan Sumatera Utara Pasca Bencana Hidrometeorologi
PTPP Gerak Cepat Pulihkan Infrastruktur Aceh dan Sumatera Utara Pasca Bencana Hidrometeorologi

JAKARTA - Ketika bencana hidrometeorologi melanda sejumlah wilayah di Aceh dan Sumatera Utara, tantangan terbesar bukan hanya soal kerusakan alam. Tantangan utama terletak pada bagaimana akses vital masyarakat dapat segera dipulihkan agar roda kehidupan kembali berjalan.

Dalam situasi tersebut, PT PP (Persero) Tbk atau PTPP mengambil peran aktif sebagai bagian dari upaya nasional penanganan darurat. Perusahaan konstruksi dan investasi di bawah naungan Danantara Indonesia ini memusatkan langkahnya pada keselamatan warga dan pemulihan konektivitas infrastruktur.

Sejak hari pertama kejadian, PTPP langsung mengerahkan sumber daya terbaiknya ke lokasi terdampak. Fokus utama diarahkan pada pembukaan akses jalan dan jembatan yang terputus akibat longsor dan banjir.

Lebih dari 46 personel lapangan diterjunkan untuk mendukung proses penanganan. Mereka bekerja bersama berbagai alat berat yang dikerahkan secara intensif di lapangan.

Peralatan yang digunakan meliputi excavator, bulldozer, crane 60 ton, dump truck, hingga chainsaw. Seluruh alat tersebut difokuskan pada titik-titik kritis agar pekerjaan dapat berjalan paralel dan efisien.

Penanganan Infrastruktur Kritis di Wilayah Aceh

Kerusakan infrastruktur di Provinsi Aceh tercatat cukup luas dan kompleks. Salah satu ruas yang terdampak signifikan adalah Bireuen – Bener Meriah – Takengon sepanjang 103 kilometer.

Pada ruas tersebut, akses terputus akibat rusaknya Jembatan Teupin Mane. Selain itu, sejumlah jembatan lain juga mengalami kerusakan serius.

Jembatan Enang-Enang, Weihni Rongka, Weihni Rongka II, Jamur Ujung, dan Alue Kulus menjadi bagian dari infrastruktur yang terdampak. Kondisi ini menyebabkan mobilitas masyarakat dan distribusi logistik terhambat.

Tidak hanya jembatan, longsor besar juga terjadi di beberapa titik. Lokasi longsor tercatat berada di STA 15+700, STA 19+800, STA 22+100, dan STA 49+000.

Menghadapi kondisi darurat tersebut, PTPP mengambil langkah cepat dengan memasang jembatan Bailey. Jembatan darurat ini dipasang sebagai pengganti Jembatan Teupin Mane.

Pemasangan jembatan Bailey berhasil diselesaikan dalam waktu 12 hari. Kecepatan ini menjadi faktor penting dalam memulihkan akses antarwilayah.

Jembatan tersebut berfungsi sebagai penghubung antara Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, jalur ini juga menghubungkan Takengon dan wilayah tengah Aceh.

Akses ini memiliki peran vital bagi mobilitas orang dan barang. Hasil perkebunan sayur dan buah dari wilayah tengah Aceh sangat bergantung pada jalur tersebut.

Jembatan ini juga merupakan bagian dari jalur darat strategis yang menghubungkan Medan di Sumatera Utara dengan Banda Aceh. Pulihnya jembatan berarti konektivitas antarkota dan antarprovinsi kembali berfungsi.

Pemulihan Jalur Utama Aceh Tamiang hingga Medan

Selain di wilayah tengah Aceh, PTPP juga menangani ruas utama Aceh Tamiang – Medan. Jalur ini merupakan salah satu akses terpenting di kawasan timur Aceh.

Pada ruas tersebut, dua titik longsor dengan total panjang sekitar 405 meter berhasil ditangani. Penanganan dilakukan melalui penggalian dan pembersihan material longsor.

Material longsor yang menutupi badan jalan dibersihkan secara bertahap. Setelah itu, jalur sementara dibentuk agar kendaraan dapat melintas kembali.

PTPP memastikan jalur ini kembali dapat dilalui dua arah secara bertahap. Proses pembukaan akses dilakukan sejak 5 Desember hingga 15 Desember 2025.

Pemulihan jalur Aceh Tamiang – Medan menjadi prioritas karena perannya sebagai jalur distribusi logistik. Jalur ini juga menjadi penghubung aktivitas ekonomi masyarakat lintas provinsi.

Dengan dibukanya kembali akses ini, mobilitas warga perlahan kembali normal. Arus barang dan bantuan juga dapat berjalan lebih lancar.

Fokus Penanganan di Provinsi Sumatera Utara

Di Provinsi Sumatera Utara, penanganan difokuskan pada sejumlah ruas strategis. Beberapa di antaranya adalah Batas Aceh Saragih – Manduamas – Barus.

Ruas Sibolga – Barus juga menjadi salah satu titik perhatian utama. Selain itu, jalur Tarutung – Sipirok dan Padang Sidempuan turut terdampak.

Tercatat terdapat 11 titik longsor di wilayah Sumatera Utara. Beberapa jembatan juga mengalami kerusakan akibat bencana.

Salah satu jembatan yang terdampak adalah Jembatan Aek Sibundong. Jembatan ini merupakan akses penting antarwilayah di Sumatera Utara.

Seluruh lokasi penanganan saat ini berada dalam tahap pembersihan material. Proses galian dan penimbunan dilakukan untuk memperbaiki badan jalan.

Selain itu, perapian badan jalan dan proteksi lereng juga menjadi bagian dari pekerjaan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan jalur kembali stabil dan aman.

Keamanan pengguna jalan menjadi perhatian utama dalam setiap tahapan pekerjaan. Hal ini penting untuk mendukung aktivitas masyarakat dan kendaraan logistik.

Progres signifikan telah terlihat di sejumlah titik. Lokasi seperti STA 12+400 dan STA 4+400 menunjukkan perkembangan yang positif.

Kawasan Hajoran serta ruas Sibolga – Sorkam – Barus juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini berkat pelaksanaan pekerjaan lapangan yang dilakukan secara paralel.

Komitmen PTPP dalam Tanggap Darurat dan Pemulihan

Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, menegaskan bahwa seluruh upaya dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Ia menyampaikan bahwa empati menjadi landasan utama dalam setiap langkah yang diambil.

“Kami memahami bahwa infrastruktur bukan sekadar jalan dan jembatan,” ujar Joko. Menurutnya, infrastruktur adalah akses bagi masyarakat untuk kembali ke rumah dan beraktivitas.

Ia juga menekankan bahwa jalan dan jembatan merupakan sarana menuju sekolah dan tempat mencari penghidupan. Selain itu, infrastruktur menjadi jalur penting untuk distribusi bantuan.

“Oleh karena itu, tim PTPP bekerja tanpa henti di lapangan,” kata Joko. Upaya tersebut dilakukan agar jalur-jalur utama dapat kembali berfungsi dengan aman.

Langkah tanggap darurat dan pemulihan infrastruktur ini merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Program ini menjadi wujud nyata kehadiran PTPP di tengah masyarakat.

Melalui program tersebut, PTPP berkomitmen hadir secara aktif dalam situasi darurat. Perusahaan membantu memulihkan akses dasar yang menopang kehidupan masyarakat.

Akses tersebut meliputi jalur evakuasi dan distribusi logistik. Selain itu, mobilitas warga untuk kembali beraktivitas juga menjadi prioritas.

PTPP meyakini bahwa pemulihan infrastruktur merupakan fondasi awal kebangkitan masyarakat. Tanpa akses yang memadai, proses pemulihan akan berjalan lebih lambat.

“Kami percaya pemulihan infrastruktur adalah fondasi awal agar masyarakat dapat bangkit,” ujar Joko. Ia menegaskan bahwa PTPP akan terus hadir hingga proses pemulihan selesai.

PTPP berkomitmen untuk bekerja dan mendampingi masyarakat sampai tuntas. Kehadiran perusahaan diharapkan mampu memberikan dampak berkelanjutan bagi wilayah terdampak.

Melalui kerja cepat dan terukur, PTPP menunjukkan peran strategisnya dalam penanganan bencana. Upaya ini sekaligus mempertegas komitmen perusahaan dalam mendukung pemulihan nasional secara menyeluruh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index